Mengenal Helicopter Parenting

Mengenal Helicopter Parenting | Apakah Bunda sudah mengenal tentang model pengasuhan Helicopter Parenting? Jika belum, Yuk simak artikel berikut ini. Artikel ini akan menjelaskan tentang sejarah penyebutan Helicopter Parenting, serta dampak yang terjadi akibat dari penerapan gaya pengasuhannya.

Mengenal Helicopter Parenting

Helicopter Parenting adalah istilah yang merujuk pada gaya pengasuhan ketika orang tua sangat terlibat dalam kehidupan anak mereka hingga tingkat yang berlebihan. Gerak orang tua bagai “melayang” di atas anak-anak mereka seperti sebuah helicopter yang terus mengawasi dan selalu siap campur tangan untuk menyelesaikan permasalahan anaknya.

Sejarah Helicopter Parenting

Helicopter parenting diperkenalkan pertama kali oleh seorang psikolog, Dr. Haim Ginott dalam bukunya Between Parent & Teenager pada tahun 1969. Sejak saat itu, istilah parenting ini menjadi populer untuk menggambarkan orang tua yang yang terlalu protektif (Hiperprotektif) dalam mengatur kehidupan anaknya.

Model penerapan Helicopter parenting sering kali muncul dari niat baik orang tua yang ingin memastikan anak mereka bisa sukses dan bahagia dalam menjalani hidup. Akan tetapi, gaya pengasuhan ini bisa menjadi sangat berlebihan ketika orang tua mulai mengatur hampir setiap aspek kehidupan anaknya, mulai dari kegiatan sehari-hari, keputusan akademik, hingga masalah sosial. Terlebih lagi, pada pada tahun 1990 hingga awal 2000 -an, kondisi ekonomi dunia mengalami goncangan sehingga membuat para orang tua cenderung mengawasi penuh kehidupan sang anak.

Baca Juga: Jasa Konsultasi Online Parenting

Dampak Helicopter Parenting

Banyak sekali model parenting yang diterapkan oleh orang tua dari masa ke masa. Akan tetapi tidak semuanya baik, beberapa model parenting malah memberikan dampak yang kurang baik untuk perkembangan anak.

Berikut ini adalah dampak penerapan Helicopter Parenting pada anak, antara lain:

1. Ketergantungan Pada Sosok Orang Tua

Anak yang dibesarkan dengan pola asuh helicopter parenting cenderung menjadi sangat bergantung pada orang tua mereka. Seringnya mereka kesulitan dalam mengambil keputusan sendiri atau menghadapi masalah tanpa bantuan dari orang tua. Tentu saja hal tersebut dapat menghambat kemandirian dan kemampuan mereka untuk berkembang sebagai individu.  

2. Kurang Mampu Menghadapi Stres

Karena orang tua selalu hadir dalam menyelesaikan segala permasalahan anak mereka, anak jadi tidak memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan mengatasi stress. Apalagi tekanan untuk selalu memenuhi harapan tinggi orang tua dapat membuat anak-anak mudah merasa cemas. Jika pola ini terus terjadi dapat berakibat pada anak yang bisa lebih rentan dalam menghadapi kecemasan dan tekanan saat menghadapi situasi yang menantang.

3. Percaya Diri Rendah

Ketika orang tua terlalu ikut campur dalam setiap pergerakan anaknya, anak akan terbiasa dan berpikir bahwa mereka tidak mampu melakukan sesuatu sendiri tanpa bantuan orang tua. Jika dibiarkan tanpa memberikan pemahaman, hal ini dapat mengurangi rasa percaya diri anak sehingga membuat mereka meragukan kemampuan mereka sendiri dan takut untuk melangkah.

4. Keterampilan Sosial Terbatas

Anak-anak dengan orang tua yang menerapkan helicopter parenting kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan keterampilan sosial mereka. Hal ini karena orang tua mereka sering ikut campur tangan dalam membatasi pertemanan sehingga anak tidak belajar bagaimana bernegosiasi dan berkompromi dalam menyelesaikan konflik dengan teman sebayanya.

5. Dampak pada Prestasi Akademik

Meskipun niat awal helicopter parenting bertujuan untuk meningkatkan prestasi akademik anak, orang tua yang terlalu banyak terlibat justru memberikan tekanan yang besar pada anak. Akibatnya, anak bisa kehilangan motivasi untuk belajar karena selalu mendapat tekanan agar menjadi anak yang selalu berprestasi. Tekanan tersebut dapat mengurangi minat anak terhadap proses belajar itu sendiri.

Baca Juga: Tanda Tanda Kekerasan Dalam Rumah Tangga

Selain dampak buruk diatas, tentu saja pola helicopter parenting ini masih memberikan dampak positif bagi anak, salah satunya adalah anak mendapatkan dukungan emosional dan keamanan penuh dari orang tua. Pun prestasi akademik anak dapat mengalami kenaikan berkat bimbingan intensif yang diberikan oleh orang tua. Namun, dampak positif yang didapatkan dari penerapan Helicopter Parenting ini tidak serta melunturkan dampak negatif yang bisa saja menyulitkan kehidupan anak di masa depan.

Menemukan Keseimbangan Dalam Mengasuh Anak

Penting bagi orang tua untuk menemukan keseimbangan antara memberikan dukungan dan membiarkan anak-anak mengembangkan kemandirian. Orang tua harus belajar untuk memberikan ruang bagi anak untuk belajar dari kesalahan, mendorong anak untuk mengambil tanggung jawab, membuat keputusan, dan mengembangkan keterampilan mereka adalah langkah penting dalam membentuk individu yang mandiri dan percaya diri.

Oleh karena itu, orang tua juga harus memiliki kesadaran untuk intropeksi atau mengevaluasi tentang pola asuh yang mereka terapkan pada anaknya, apakah memberi pengaruh buruk atau sebaliknya. Jangan sampai terjebak dalam pola asuh yang salah ya, Bunda dan Ayah.

Jika membutuhkan bantuan professional terkait parenting anak, hubungi saja Samawaconsulting.com.

Baca Juga: Konsultasi Pernikahan Online Murah

Konsultan Parenting Islam, Samawa Consulting

Samawa Consulting merupakan konsultan berpengalaman yang tidak hanya fokus pada masalah parenting, tetapi juga permasalahan seputar pernikahan dan rumah tangga. Konsultan samawaconsulting.com berkomitmen untuk membantu dalam menyelesaikan permasalahan rumah tangga dan pernikahan pasangan di Indonesia sehingga bisa mencapai pernikahan yang Sakinah, Mawaddah, dan Warahmah.

Informasi Pemesanan

Bagi Bunda dan Ayah yang berdomisili di area Surabaya dan Jabodetabek, Samawa Consulting menyediakan kelas parenting bisa dilakukan melalui online maupun tatap muka, loh. Untuk informasi lebih lanjut, segera hubungi admin melalui WA atau telepon. Jangan tunda menerapkan gaya parenting terbaik untuk anak demi masa depan mereka!

Yuk #BangunRumahTanggaDenganIlmu