komunikasi dalam rumah tangga

Komunikasi Dalam Rumah Tangga – Tidak hanya sekedar adanya aktifitas saling bicara antar pasangan tapi dibutuhkan kemampuan atau kompetensi komunikasi yang baik dan benar agar bisa terbangun rumah tangga yang harmonis dan bahagia dunia akhirat.

Minimnya pengetahuan tentang cara komunikasi yang baik dan benar bisa memicu permasalahan kecil menjadi besar karena sering terjadinya kesalahpahaman atau miskomunikasi. Padahal banyak sekali pembahasan-pembahasan penting dan sensitif dalam keluarga seperti tentang pengaturan keuangan, pembagian kerja, pengasuhan anak, pendidikan anak, karir, dan lain sebagainya. Pembahasan tersebut seringkali menghasilkan perbedaan pandangan dan miskomunikasi hingga berdampak pada keharmonisan keluarga.

Untuk itu, dibutuhkan kemampuan komunikasi bagi setiap pasangan yang sedang membangun rumah tangga agar menjadi pasangan yang awet dan langgeng hingga maut memisahkan.

Apa bentuk kemampuan komunikasi yang perlu dipelajari dalam membangun rumah tangga? Berikut ulasannya.

Masalah Miscommunication Dalam Rumah Tangga

Pengertian komunikasi menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), merupakan aktifitas pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami. Dengan komunikasi akan tercipta pemahaman yang sama, sehingga yang komunikasinya gagal akan terjadi kesalahpahaman.

Komunikasi dalam rumah tangga baik antara suami dan istri, orangtua dan anak, mertua dan menantu, dan anggota keluarga lainnya sering tidak berjalan baik. Sering munculnya miskomunikasi (misscommunication) menunjukkan kurangnya perhatian anggota keluarga dalam meningkatkan kemampuan komunikasi mereka.

Miskomunikasi antara pasangan suami istri yang sering terjadi bisa berdampak pada ketidakharmonisan hubungan, konflik, bahkan bisa memicu perpisahan ataupun perceraian. Kejadian miskomunikasi sangat jelas menggambarkan kegagalan dua orang dalam menyampaikan ide atau gagasan dengan cara yang baik dan benar.

Ada beragam sebab kegagalan komunikasi misalnya kurang memahami kondisi lawan bicara, kurangnya wawasan pemilihan tata bahasa dan kalimat yang tepat, diksi atau intonasi yang tidak sesuai, ekspresi yang tidak tepat, pemilihan timing atau waktu penyampaian ide, situasi atau kondisi yang tidak mendukung, dan hambatan komunikasi lainnya.

Tingkatkan Kemampuan Komunikasi Dalam Membangun Rumah Tangga

Berangkat dari banyaknya persoalan miskomunikasi diatas tentunya mendorong pasangan suami istri untuk meningkatkan kemampuan komunikasinya dengan baik dan benar.

Komunikasi yang baik tentunya sudah direncanakan dengan baik agar tidak menimbulkan salah paham dan tentunya mampu menciptakan ketentraman dalam pernikahan seperti firman Allah SWT;

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia ciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya. Dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” (QS Ar-Rum (30): ayat 21)

Berikut ini beberapa hal yang harus dipahami dalam upaya menyusun komunikasi yang baik dengan pasangan, antara lain;

A. Pahami Unsur-Unsur Penting Dalam Komunikasi

Untuk memahami apa saja unsur-unsur dalam komunikasi yang baik, kita bisa menggunakan teori komunikasi menurut Harold Lasswell dalam buku Deddy Mulyana berjudul Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar.

Dalam teori tersebut menjelaskan unsur-unsur kemampuan dalam komunikasi yakni menjawab pertanyaan berikut: ‘Who Says What in Which Channel To Whom With What Effect’ artinya ‘siapa yang menyampaikan, apa yang disampaikan, melalui apa, kepada siapa, dan apa pengaruhnya’.

Jika disimpulkan dari maksud teori tersebut adapun 5 unsurnya yakni;

  • Sumber (source) atau sender, communicator, speaker, encoder, originator sebagai pihak yang mempunya kebutuhan untuk berkomunikasi
  • Pesan (says what/message) seperti informasi atau berita atau gagasan berupa simbol verbal dan non verbal
  • Saluran komunikasi (in which channel) berupa alat atau sarana pendukung untuk menyampaikan pesan baik secara langsung (tatap muka) maupun tidak langsung (media cetak, elektronik, dan lainnya)
  • Penerima (To Whom/receiver) yakni orang atau kelompok atau organisasi yang akan menerima pesan dari sumber. biasanya juga disebut dengan tujuan (destination)/pendengar (listener)/komunikan/khalayak (audience)/penafsir/penyandi balik (decoder)
  • Efek (With What Effect) berupa dampak atau efek yang terjadi pada komunikan (penerima) setelah menerima pesan dari sumber seperti perubahan pemikiran, sikap, bertambahnya pengetahuan ataupun perubahan perilaku, dan lainnya.

Berdasarkan kelima unsur diatas tentunya dapat diketahui bersama bahwa untuk melakukan komunikasi yang baik harus memahami masing-masing unsur dan merencanakan dengan baik dalam setiap unsurnya.
komunikasi yang baik adalah yang mampu melahirkan efek sesuai dengan harapan dari pengirim pesan (sender).

Efektif atau tidaknya komunikasi bisa dilihat dari tercapainya tujuan si pengirim pesan pada penerima pesan baik berupa penerimaan ide, informasi, perasaan yang bisa merubah sikap dan meningkatkan hubungan sosial.

B. Pahami Faktor-Faktor Pembentuk Komunikasi Efektif

Selain unsur-unsur diatas, perlu dipahami juga terkait faktor- faktor pembentuk komunikasi yang efektif. Faktor- faktor ini berfungsi sebagai penentu kesuksesan komunikasi yang terjalin antara pemberi pesan dengan penerima pesan dalam hal ini adalah komunikasi yang terjalin pasangan antara suami dan istri.

Untuk mengetahui faktor tersebut kita bisa mengambil salah satu teori komunikasi dari Scoot M Cultip dan Allen dalam bukunya Effective Public Relations. Dalam teori tersebut adapun faktor-faktor yang mempengaruhi terwujudnya komunikasi yang efektif yakni;

  1. Credibilty yakni kredibilitas dari seorang komunikator yang berkaitan erat dengan kepercayaan karena keahlian yang dimiliki.
  2. Context yakni berupa situasi atau kondisi yang mendukung berlangsungnya proses komunikasi sehingga penerima pesan bisa menerima pesan dengan baik
  3. Content yakni berupa isi pesan yang akan disampaikan ke penerima pesan yang mampu menarik perhatian penerima pesan
  4. Clarity yakni kejelasan pesan sehingga tidak menimbulkan kesalahan penafsiran dari penerima pesan (minim kesalahpahaman)
  5. Continuity and Consistency yakni proses penyampaian pesan yang dilakukan secara berkesinambungan atau berulang agar benar-benar terpahami penerima pesan
  6. Capability of audience yakni kemampuan penerima pesan dalam menangkap maksud pesan yang biasanya dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, usia, status sosial, dan lainnya.
  7. Channel of distributions yakni penggunaan media untuk menyampaikan pesan selain dengan berbicara langsung seperti media cetak atau elektronik.

Berdasarkan dari ketujuh faktor diatas jika dikontekskan dengan situasi komunikasi pasangan suami isteri dalam rumah tangga maka komunikasi yang baik harus memperhatikan situasi kondisi pasangan, kemampuan atau kapasitas pasangan dalam penerima pesan, isi pesan yang menarik atau tidaknya bagi pasangan, kejelasan pesan (mudah dipahami atau tidaknya), media yang digunakan untuk mendukung kemudahan penyampaian pesan, dan teknik penyampaian pesan yang tepat sasaran.

C. Susun Rencana dan Teknis Komunikasi

Berdasarkan unsur-unsur komunikasi dan fakor-faktor komunikasi efektif diatas, kalau dikontekskan dalam komunikasi rumah tangga maka rumusan rencana teknis komunikasi yang efektif harus melalui tahapan berikut ini;

1. Pahami dan Tetapkan Tujuan Komunikasi Anda

Kenapa tujuan komunikasi itu penting dan harus dipahami terlebih dahulu? Alasan utamanya yakni agar pembicaraan yang berlangsung dengan pasangan tidak melebar kemana-mana dan hasilnya sesuai harapan. Komunikasi jadi lebih terarah dan mengurangi potensi miskomunikasi yang semakin besar.

Bahkan terkadang tujuan komunikasi ini pun perlu disampaikan pada lawan komunikasi diawal agar bisa membatasi pembicaraan. Contohnya; istri sebagai pemberi pesan (sender) mengajak suami (receiver) untuk membicarakan tentang rencana pilihan sekolah anak, maka saat awal harus menginformasikan ke suaminya tentang target pembicaraannya dan kalau perlu dibatasi lagi misalnya tentang kriteria sekolah yang diinginkan suami untuk anaknya.

Andaikan terjadi pembahasan yang melebar, dengan adanya tujuan komunikasi yang jelas bisa menjadi alarm untuk mengingatkan agar bisa fokus pada topik dan hasilnya. Komunikasi yang berlangsung efektif adalah yang mampu membuat penerima pesan sepakat ataupun memiliki pemikiran yang sama dengan sender.

2. Pahami Situasi dan Kondisi Aktual Pasangan

Terkadang kita menyampaikan pesan yang bernilai baik, tapi karena situasi kondisinya tidak tepat membuat nilainya berubah. Contohnya; istri mengajak diskusi rencana liburan ke luar kota bersama ana-anaknya saat libur sekolah, sedangkan suaminya sedang mengalami banyak masalah di pekerjaannya. Hal tersebut bisa memicu konflik antara suami dan istri dikarenakan istri dianggap kurang berempati dengan situasi suaminya.

Untuk mengetahui situasi kondisi pasangan bisa dilihat dari ekspresinya, keluhannya, atau bisa juga dengan menanyakan langsung tentang kondisinya saat itu. Ada masalah yang sedang dihadapi atau tidak? misalnya masalah kerjaan, masalah konflik dengan teman atau lainnya. apakah moodnya baik atau tidak?. pastikan menyampaikan ide atau gagasan dalam situasi pasangan dalam mood yang baik.

Anda juga bisa menawari topik pembicaraan dengan pasangan, jika dia sepakat berarti bisa dilanjutkan untuk menyampaikan pesan (ide/gagasan/kritik/saran) anda.

3. Rencanakan dan Susun Pesan dengan Tepat

Rencanakan pesan (ide atau gagasan) pada pasangan dengan tepat, baik secara verbal maupun non verbal. Pilihlah bahasa yang mudah dipahami pasangan, kalimat yang jelas, dan intonasi yang tepat.

Perhatikan juga gerak tubuh dan ekspresi dalam penyampaian pesan tersebut. Tidak hanya mendukung kemudahan menyampaikan maksud pesan, baiknya bahasa tubuh juga tidak membuat pasangan selaku penerima pesan tidak nyaman dengan anda.

Dalam proses penyampaian pesan, kontrol emosi atau pengendalian emosi sangat diperlukan dimana terkadang respon pasangan tidak sesuai dengan harapan kita. Untuk itu, perlu ada pengulangan atau repetisi penyampaian pesan dengan struktur pesan yang berbeda.

4. Setting Suasana dan Media Tambahan

Untuk membahas hal-hal yang penting dengan pasangan terkadang dibutuhkan suasana yang nyaman dan mendukung. Pemilihan tempat yang tepat bisa mendukung penyampaian ide atau gagasan berjalan lancar. Contohnya; berkomunikasi dengan suami/istri tentang rencana pendidikan anak bisa dilakukan di ruang keluarga sambil minum teh bersama tanpa menyalakan televisi ataupun handphone.

Atau ketika membahas tentang saran atau kritik serta harapan-harapan terhadap pasangan selama menjalani pernikahan, bisa dilakukan dengan membuat setting tempat yang tenang, nyaman, dan intimate. Bisa ditambahkan dengan media pendukung seperti foto album pernikahan dan foto anak-anak yang bahagia, hidangan camilan makanan atau minuman kesukaan pasangan, dan lainnya.

Akan semakin lengkap jikalau diilakukan saat kedua pasangan dalam kondisi mood yang bagus dan tidak ada persoalan eksternal yang mengganggu. Dengan setting suasana tersebut bisa juga berfungsi untuk meredam emosi berlebihan jikalau ternyata dalam proses komunikasi ada miskomunikasi atau kegagalan komunikasi.

5. Perhatikan Etika Komunikasi dan Pengendalian Emosi

Dalam proses menyampaikan ide atau gagasan ke pasangan tentunya tidak selalu berjalan lancar, hambatan-hambatan komunikasi pun akan banyak ditemui. Belum lagi jikalau ternyata respon pasangan tidak sesuai harapan kita dan bisa memicu emosi marah. Bahkan tanpa disadari akan keluar kata-kata atau kalimat yang bisa menyakiti perasaan masing-masing.

Untuk itu diperlukan pengendalian diri, khususnya dalam mengatur emosi diri. Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan dalam proses komunikasi dengan pasangan yakni hindari sering menyela pembicaraan, hindari pilihan kata yang sensitif untuk pasangan seperti sindiran keras ataupun kata-kata yang menghina baik fisik, harga dirinya ataupun lainnya.

6. Jangan Lupa Evaluasi dan Perbaiki!

Setelah melalui semua tahapan dan proses komunikasi yang direncanakan, adakalanya hasilnya tidak sesuai target atau harapan. Miskomunikasi bisa terjadi lagi dan mungkin bisa mengganggu keharmonisan atau hubungan suami/istri.

Menjadi penting untuk terus melakukan evaluasi dan perbaikan terhadap cara dan teknis komunikasi kita pada pasangan. Kita cari tahu sebab kegagalan komunikasinya, apakah berasal dari internal kita atau karena gangguan eksternal.

Jika ternyata masalahnya karena sebab internal seperti pemilihan bahasa (verbal/non verbal) yang kurang tepat, emosi yang kurang terkendali, dan lainnya bisa kita perbaiki dengan terus berlatih menyusun bahasa yang baik dan benar (verbal atau non verbal).

InsyaAllah dengan perbaikan terus menerus akan menghasilkan pola komunikasi yang positif dan efektif bersama pasangan.

Kesimpulan

Untuk menerapkan semua tahapan komunikasi yang efektif dalam membangun rumah tangga bahagia memang tidaklah mudah. Kita harus terus belajar dan belajar seperti berlatih pemilihan bahasa dan tata bahasa serta tata kalimat yang tepat, intonasi, ekspresi dan teknis penyampaian pesan lainnya dengan yang tepat.

Dibutuhkan repetisi atau pengulangan agar mendapatkan hasil yang maksimal dalam proses belajar tersebut. Tapi jika kita mau dan sungguh-sungguh dalam belajar, InsyaAllah keluarga kita akan terhindar dari masalah-masalah berat yang merusak keharmonisan dan keutuhan.

Bagi Anda yang sedang mengalami masalah komunikasi dengan pasangan, jangan sungkan untuk melakukan konsultasi dengan konsultan pernikahan terpercaya. Pastikan Anda mendapatkan solusi atas setiap masalah Anda dengan pasangan.

Hubungi Tim Samawa Consulting Disini.

Yuk, Kita #BangunRumahTanggaDenganIlmu!